Kamis, 13 Januari 2011

Psikologi dalam E-Learning

Tingkatkan Kualitas Belajar Anak, Hemat Pengeluaran : Terapkan e-learning dalam Dunia Pendidikan
Ciptakan Generasi Paperless

Dewasa ini, pendidikan mulai menjadi topik yang selalu dibicarakan. Masyarakat tampaknya mulai semakin aware terhadap dunia pendidikan di negara ini. Banyak sekolah-sekolah baru yang bermunculan. Sekolah-sekolah ini tampaknya berlomba-lomba menciptakan program-program unggulan yang dapat mencerdaskan anak. Lihat saja ada sekolah alam, sekolah internasional, sekolah yang menggunakan dua bahasa, sekolah unggulan, dan lain sebagainya.
Seiring dengan kemunculan sekolah-sekolah tersebut, minat masyarakat pun tampaknya semakin tinggi. Para orangtua berlomba-lomba untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Meskipun begitu, tak jarang muncul berbagai masalah dalam proses penyediaan pendidikan tersebut. Salah satu masalah klasik yang sering kali terdengar adalah masalah : BIAYA.
Tingginya uang sekolah dan banyaknya tuntutan fasilitas yang harus disediakan untuk mencerdaskan anak, tak jarang membuat orangtua mengeluh. Tak jarang hal ini dijadikan alasan oleh orangtua maupun anak untuk membatasi kegiatan akademik dikarenakan ketiadaan biaya. Beragam solusi pun mulai ditawarkan oleh pemerintah, Salah satunya adalah pengucuran Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang ditujukan pada anak-anak kurang mampu. Program ini bertujuan untuk memberikan bantuan dalam bentuk beasiswa maupun bantuan buku sehingga anak-anak yang berasal dari keluarga kurang mampu dapat menikmati pendidikan selayaknya anak-anak lain. Meskipun begitu, kritikan terhadap solusi ini juga kerap bermunculan. Salah satunya adalah tidak memadainya jumlah bantuan yang diberikan, sehingga tidak semua anak dapat merasakannya. Salah satu email pembaca yang Say abaca di tabloid klub guru edisi 02 tahun 2009 mengemukakan bahwa jumlah buku yang disediakan melalui program dana BOS terkadang kurang mencukupi, sehingga orangtua tetap harus membelikan buku untuk anak-anaknya, meskipun harganya terkadang kurang terjangkau.
Masalah “biaya” yang seringkali menjadi pembicaraan di masyarakat memunculkan ide-ide dari para pemikir untuk menciptakan solusi baru guna meminimalisasi biaya tersebut. Salah satunya adalah penerapan konsep e-learning. Berikut ini jabaran yang lebih lengkap mengenai e-learning.
Gunakan E-Learning : Hemat & Berkualitas
Naidu (2006) mengemukakan bahwa e-learning adalah penggunaan informasi dan komunikasi berbasiskan jaringan yang bertujuan untuk belajar dan mengajar. Naidu dalam bukunya menjelaskan bahwa penggunaan e-learning luas sifatnya. Siswa yang dikatakan menggunakan e-learning sebagai cara belajarnya adalah siswa yang menggunakan perangkat elektronik sebagai media pembelajarannya baik secara online maupun offline. Perangkat elektronik itu meliputi penggunaan internet, VCD, DVD, dan lain sebagainya. E-learning sendiri dapat dimanifestasikan dalam beberapa bentuk, yaitu :
  • Individualized self-paced e-learning online,
Ialah situasi dimana individu belajar sendiri secara online melalui internet maupun intranet. Sebagai contoh, seorang siswa mencari informasi dengan mengkases jurnal yang terdapat di internet.
  • Individualized self-paced e-learning offline,
Ialah situasi dimana individu belajar dengan menggunakan perangkat elektronik seperti computer atau database namun tidak terkoneksi secara online (offline), sebagai contoh : seorang siswa mempelajari mengenai tumbuhan dikotil dengan menonton VCD.
  • Group-based e-learning synchronously
Ialah situasi dimana sekelompok individu belajar dan saling berkomunikasi secara langsung dengan menggunakan internet sebagai media komunikasinya, sebagai contoh : sekelompok siswa saling membicarakan tugasnya melalui program chat.
  • Group-based e-learning asynchronously
Ialah situasi dimana sekelompok individu belajar dan saling berkomunikasi namun tidak secara langsung (ada jeda/penundaan komunikasi), sebagai contoh : sekelompok siswa saling membicarakan tugasnya melalui email.
Secara keseluruhan, Saya mencoba merangkum beberapa kegunaan e-learning untuk siswa, diantaranya adalah :
  1. Sarat Informasi
Kebiasaan menggunakan metode e-learning dapat menjadikan siswa terbiasa untuk mencari informasi seluas-luasnya dalam belajar. Keberadaan internet misalnya memfasilitasi siapapun dimanapun di belahan dunia ini untuk memasukkan informasi mengenai apapun ke dalamnya. Oleh karena itu, ketersediaan informasi di internet begitu banyak dan beragam. Seorang siswa yang menggunakan metode e-learning dapat memanfaatkannya untuk menggali pengetahuan sedalam-dalamnya. Meskipun begitu, Siswa tetap harus aware terhadap informasi mana yang kira-kira berkualitas dan memiliki muatan ilmiah dan informasi mana yang kebenarannya belum tentu dapat dipertanggungjawabkan. Beberapa situs saat ini membuka akses langsung ke informasi-informasi bermuatan ilmiah yang mungkin dapat dijadikan acuan untuk belajar, seperti proquest, Pustekkom Depdiknas, dan lain sebagainya.
  1. Mendukung Mobilitas
Keberadaan metode e-learning dapat dijadikan sebagai sarana siswa untuk tetap belajar meskipun tidak bertatap muka secara langsung dengan dosen atau kelompok belajarnya. Siswa dapat tetap berkomunikasi membicarakan pelajarannya dengan menggunakan fasilitas email, chat, dan lain sebagainya.
  1. Murah
Sebagaimana diungkapkan diatas, keberadaan e-learning dapat meminimalisasi pengeluaran. Siswa cukup terkoneksi ke internet, atau membeli VCD/DVD dan dapat memperoleh informasi yang memadai. Hal ini tentu dapat dijadikan sebagai solusi pintar dalam mengakali harga buku yang tidak terjangkau.
  1. Ramah Lingkungan
Penggunaan e-learning dianggap lebih ramah lingkungan, karena meminimalisasi penggunaan kertas. Saat ini berbagai negara berusaha untuk mencegah dampak pemanasan global. Pengurangan penggunaan kertas adalah salah satu cara baik untuk membantu merawat bumi kita yang indah ini.

Biasakan Anak Menggunakan Metode E-Learning Sedari Dini
Peran Psikologi dalam Penerapan E-Learning
E-Learning dengan segala kelebihannya ternyata juga menuai pro dan kontra dalam pelaksanaannya. Tidak sedikit masyarakat yang menyangsikan penggunaan e-learning sebagai salah satu metode untuk belajar. Mulai dari kurangnya fasilitas untuk melakukannya, ketidakmampuan dalam melakukan e-learning, hingga keenganan siswa maupun guru dalam menggunakan e-learning.
Psikologi sebagai salah satu ilmu yang membahas mengenai perilaku dalam hal ini dapat berperan untuk membantu terciptanya generasi baru yang paperless, generasi yang menggunakan e-learning sebagai metode utamanya. Salah satu teori psikologi yang terkenal, yaitu teori kondisioning dari aliran behaviorisme menyatakan bahwa suatu perilaku terbentuk dikarenakan adanya kebiasaan dalam melakukan perilaku itu terus-menerus. Hal ini berlaku juga dalam prinsip belajar. Siswa yang terbiasa belajar dengan menggunakan buku, duduk-diam di kelas mendengarkan guru, tentu akan mengalami kesulitan ketika diharuskan untuk belajar dengan menggunakan metode e-learning sebagai cara belajarnya. Oleh karena itu, ke depannya ada baiknya jika siswa mulai dikenalkan dengan metode ini sejak ia berusia muda, sehingga di masa yang akan datang akan muncul siswa-siswa yang terbiasa menggunakan e-learning dalam kesehariannya. Berikut beberapa cara yang menurut Saya dapat membantu Anak untuk membiasakan dirinya dengan e-learning :
  1. Kenalkan anak dengan e-learning sejak dini
Anak sudah dapat dikenalkan dengan e-learning sejak dini sebelum ia mengenal bangku sekolah. Orangtua dapat memfasilitasi anaknya untuk belajar secara e-learning sejak kecil, misalnya menonton tayangan pendidikan, mengenal komputer melalui permainan-permainan mendidik dan lain sebagainya.
  1. Kenalkan Anak pada Program-program yang Terjamin Kualitasnya
Ajarkan anak cara penggunaan program-program yang dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikannya. Sejak kecil anak pelan-pelan diajarkan program mana yang dapat dijadikan sarana belajar dan program mana yang tidak. Hal ini bertujuan untuk membentuk pola piker kritis yang ilmiah pada Anak. Ia akan terbiasa untuk mendasarkan segala temuannya pada hal-hal yang sudah dikonsep dengan benar oleh para ahli.
  1. Dorong Anak untuk Mencari Informasi Sebanyak-banyaknya
Hindari pembatasan kreativitas pada Anak. Beri Anak kebebasan untuk mencari pengetahuan seluas-luasnya ketika ia dihadapkan pada suatu tugas. Tinggalkan kebiasaan belajar yang hanya berpedoman pada satu buku saja. Anak dapat belajar dengan menggunakan berbagai sumber ilmiah.
  1. Beri Reward
Pengiming-imingan hadiah pada Anak untuk membiasakan ia menggunakan e-learning mungkin dapat dipertimbangkan. Orangtua maupun guru mungkin dapat memberikan reward yang sesuai untuk setiap usaha Anak dalam mencari informasi secara e-learning.
  1. Batasi Penggunaan Kertas
Biasakan Anak untuk menghemat kertas sejak dini. Dorong ia untuk lebih banyak membaca dengan media elektronik dan tidak mengeprint dokumen yang tidak perlu.

Sumber            :
Naidu, Som. 2006. E-Learning : A Guidebook of Principles , Procedures, and Practices. New Delhi : Commonwealth Educational Media Center for Asia

E-learning Solusi Hemat Mencerdaskan Anak Bangsa

Malam ini setelah mendapatkan email dari dosen Saya, Saya mencoba mencermati situs yang dimiliki oleh Pusat Teknologi Informasi dan Teknologi Pendidikan (Pustekkom) Departemen Pendidikan Nasional. Situs ini menyajikan beragam informasi seputar perkembangan dunia pendidikan di Indonesia. Ketika sedang melihat-lihat, Saya mengamati bahwa di bagian atas situs ini terdapat beberapa link yang mengacu pada program-program yang dilakukan oleh pustekkom. Menurut Saya program-program tersebut menarik, dimana salah satu program yang Saya perhatikan adalah program BSE (Buku Sekolah Elektronik). Program ini memfasilitasi seluruh masyarakat Indonesia untuk memiliki buku sekolah yang bermutu, murah, terjangkau, dan memenuhi standar nasional. Program ini sangat menarik dan menurut Saya dapat menjadi salah satu solusi untuk memecahkan kesulitan masyarakat dalam membeli buku sekolah yang tinggi harganya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini Saya bermaksud untuk mengulas lebih dalam mengenai BSE dan teori pendidikan yang kira-kira dapat dijadikan sebagai tinjauan untuk memahaminya.

BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK (BSE)
Menurut situs Pustekkom, buku merupakan salah satu sarana penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu permasalahan perbukuan dalam era otonomi daerah dewasa ini adalah ketersediaan buku yang memenuhi standar nasional pendidikan dengan harga murah yang dapat dijangkau oleh masyarakat luas. Saya ingat, beberapa tahun yang lalu ketika Saya masih duduk di bangku sekolah. Buku merupakan salah satu benda yang harus dimiliki oleh siswa. Setiap pelajaran umumnya membutuhkan satu buah buku, bahkan terkadang lebih dari satu. Untuk keseragaman, pihak sekolah umumnya sudah menentukan buku apa saja yang harus dimiliki oleh siswa. Banyaknya pelajaran yang diikuti tentunya menjadikan buku yang dimiliki harus semakin banyak pula. Saya ingat, ketika itu setiap semesternya Saya harus membeli sejumlah buku dengan total harga hampir mencapai setengah juta lebih. Pengeluaran ini dilakukan hampir pada setiap semester, karena setiap pergantian semester, buku-bukunya pun berganti pula. Saya juga tidak pernah membeli buku melalui pasar-pasar buku bekas (yang tentunya harganya lebih miring) karena buku dengan judul yang sama, pengarang yang sama, dan penerbit yang sama bisa memiliki isi yang berbeda meskipun tahun cetaknya hanya berselang satu tahun. Ketika saya bersekolah dulu, Saya sering mendengar beberapa orangtua yang mengeluh akan besarnya biaya yang harus mereka keluarkan untuk membeli buku anak-anaknya di awal semester. Oleh karena itu, keberadaan BSE tampaknya dapat menjadi solusi untuk menyelesaikan permasalahan ini.
Berdasarkan situs Pustekkom dapat dilihat bahwa penciptaan program BSE adalah dalam rangka menyediakan buku yang memenuhi standar nasional pendidikan, bermutu dan murah, Departemen Pendidikan Nasional dalam hal ini telah membeli hak cipta buku teks pelajaran dari penulis/penerbit. Selanjutnya buku-buku tersebut disajikan dalam bentuk buku elektronik (e-book) dengan nama Buku Sekolah Elektronik (BSE). Keberadaan buku ini dapat membantu siswa, minimal ketika ia membutuhkan sumber tambahan dalam melakukan aktivitas akademiknya. Bahkan mungkin lebih baik lagi jika sekolah menggunakan buku-buku yang terdapat di dalam BSE sebagai buku acuan dalam belajar di sekolah, mengingat buku-buku ini telah memenuhi standar pendidikan nasional.
Proses pengunduhan buku BSE tidaklah sulit. Siswa cukup membuka http://bse.depdiknas.go.id/, selanjutnya siswa akan diperlihatkan berbagai macam buku yang sesuai dengan jenjangnya masing-masing. Misalnya, siswa SMP, dapat langsung melihat buku-buku yang ada di kelompok SMP dan melakukan pengunduhan. Pengunduhan buku dapat dilakukan secara bebas oleh siapa saja tanpa perlu terikat keanggotaan apapun. Oleh karena itu, menurut Saya fasilitas ini sungguh membantu dan perlu untuk disosialisasikan kepada peserta didik agar mereka dapat memanfaatkan fasilitas yang murah dan cerdas ini.

Tinjauan Teoritis terhadap Fasilitas Buku Sekolah Elektronik (BSE)
Buku Sekolah Elektronik (BSE) termasuk dalam kategori e-learning. Menurut European e-learning action plan (dalam Holmes dan Gardner, 2006), e-learning adalah penggunaan teknologi multimedia dan internet yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas belajar dengan mefasilitasi akses menuju sumber dan layanan yang dibutuhkan tanpa perlu bertatap muka. Holmes dan Gardner kemudian menyederhanakan pengertian ini menjadi :
Online access to learning resources, anywhere and anytime
Akses online menuju sumber belajar, dimana saja, kapan saja
BSE, sebagai salah satu sarana belajar yang dapat diakses secara online oleh siapa saja pada saat kapan saja yang berada dibelahan bumi nusantara dengan demikian dapat digolongkan sebagai e-learning. BSE dapat meningkatkan kualitas belajar siswa dimanapun ia berada. Seorang siswa di negara ini dapat dengan mudah memiliki buku-buku yang sesuai dengan standar nasional.
Holmes dan Gardner selanjutnya mengungkapkan lebih jauh bahwa e-learning memberikan kesempatan kepada siswa yang mengalami keterbatasan belajar baik secara fisik, geografis, maupun sosial. Siswa-siswa seperti ini dapat tetap menadapatkan kesempatan untuk meningkatkan kualitas belajarnya sehingga tidak tertinggal dengan siswa-siswa lainnya yang mungkin memiliki akses penuh ke sumber belajar yang baik kualitasnya.
Meskipun begitu, program pendidikan yang berbasiskan internet tidak akan pernah terasa manfaatnya tanpa adana dukungan dari berbagai pihak. Cuban (dalam Holmes dan Garder, 2006) mengungkapkan dalam penelitiannya hanya terdapat kurang dari 5% guru yang mengitegrasikan penggunaan komputer dalam aktivitas belajar siswa sehari-hari. Oleh karena itu perlu kiranya sosialisasi mengenai kemudahan e-learning terhadap guru, anak, maupun orangtua, serta peran pemerintah dalam penyediaan fasilitas e-learning di sekolah-sekolah. Zaman sudah sedemikian maju. Keterbatasan uang tidak lagi dapat dijadikan alasan untuk tidak belajar.

Sumber :


Rabu, 22 Desember 2010












Graduation Friendship

We’re graduating, and we know
Our lives will be different and new;
We’re going out into the world,
Our goals and dreams to pursue.

But one thing will never, ever change,
As we go our separate ways;
The friends we’ve made in school will be
Our friends for all our days.

The special ties and attachments we’ve made,
These bonds will never be broken;
We’ll continue to feel that special bond,
Though words may not be spoken.

So it’s not "goodbye," but rather "farewell;"
I’ll see you again, my friend.
Your friendship means a lot to me,
And it will never end.

By Joanna Fuchs

Media Pendidikan VS Pendidikan Media.. Mana yang Utama???




Pendidikan Media adalah suatu istilah yang merujuk pada pengajaran tata cara penggunaan media dalam dunia pendidikan. Sementara Media Pendidikan adalah alat dan bahan fisik yang terdapat di lingkungan siswa untuk menyajikan pesan kegiatan pembelajaran (proses kegiatan belajar-mengajar) sehingga dapat merangsang siswa untuk belajar. Adapun bentuk-bentuk dari media pendidikan bermacam-macam, mulai dari hardware ataupun software. Media pendidikan berbentuk hardware misalnya seperti buku, modul, komputer, laptop, infocus, dan sebagainya. Sedangkan media pendidikan berbentuk software meliputi program-program yang dapat membantu kelancaran dalam proses belajar seperti Microsoft office, Microsoft power point, SPSS, Excel, ataupun program-program yang terdapat di dunia maya seperti program pengaksesan jurnal, email, mesin pencari, dan lain sebagainya.
Istilah media pendidikan selalu diikuti dengan pendidikan media. Dimana berkembang media pendidikan, maka disitulah pendidikan media muncul untuk memahaminya, dengan kata lain, media pendidikan merupakan hal utama yang harus ada sebelum pendidikan media muncul. Tanpa adanya media pendidikan maka pendidikan media tidak dapat dilakukan.
Uraian di atas mengingatkan Saya pada isu “internet masuk desa” yang kini sedang gencar dilakukan oleh berbagai pihak. “Anak desa” yang selama ini tidak tersentuh oleh treknologi internet kini diajarkan untuk melek internet dan menggunakannya sebagai sarana pembelajaran. Hal ini semakin menguatkan pendapat Saya, bahwa media pendidikan harus muncul terlebih dahulu sebelum pendidikan media muncul. Tanpa masuknya “internet ke desa”, maka tentu akan sulit bagi anak desa untuk mengetahui manfaat internet, cara menggunakan internet, dampak internet dan sebagainya. Kelengkapan fasilitas dibutuhkan sebelum mendidik seseorang untuk melek media. Karena pendidikan mengenai media bukanlah pendidikan yang hanya berupa teori saja, namun juga harus dipraktikkan. Tanpa adanya praktik, maka seseorang tidak akan benar-benar memahami cara pemakaian dari suatu media.

E-mail Sebagai Media Pendidikan

Electronic mail disingkat e-mail atau surat elektronik merupakan salah satu fasilitas/program yang terdapat di internet. Email adalah fasilitas yang dapat digunakan individu untuk saling berkirim pesan ataupun dokumen secara elektronik. Dokumen ataupun pesan yang ingin disampaikan cukup diketikkan ataupun diunggah dan kemudian dikirimkan ke alamat yang dituju. Amat mudah, murah, dan cepat.
Keberadaan fasilitas email sangat membantu pelajar dalam aktivitas belajarnya sehari-hari. Dengan email, para pelajar dari berbagai kalangan dapat saling bertukar informasi dengan siapa saja dengan menggunakan biaya yang sangat murah. Pelajar juga dapat saling berkomunikasi dengan teman ataupun pengajarnya tanpa harus saling bertatap muka. Jika di tahun-tahun sebelumnya informasi hanya dapat ditukarkan dengan dokumen yang berbentuk hard, kini penukaran informasi cukup dilakukan melalui surat elektronik. Selain mudah dan murah, kegiatan ini juga ramah lingkungan karena menghemat penggunaan kertas.
Kembali ke judul di atas, yang mempertanyakan mana yang lebih utama, media pendidikankah, atau pendidikan media? Jika dikaitkan dengan keberadaan email, maka tentu email harus ada terlebih dahulu. Fasilitas email harus tercipta terlebih dahulu dan dapat diakses oleh pelajar. Setelah itu, barulah pelajar dapat mempelajari cara penggunaannya secara otodidak ataupun melalui pengajarnya guna mengetahui lebih dalam tentang cara penggunaannya dan aktivitas apa saja yang dapat dilakukan dengan keberadaan email. Sebagai contoh, ketika seseorang memiliki email di yahoo, maka ia akan dapat memanfaatkannya untuk saling berkirim pesan dan dokumen kepada orang lain. Namun di sisi lain, ia juga dapat memanfaatkan fasilitas lainnya yang disediakan yahoo seperti chating, sms melalui ym, dan sebagainya.
Untuk itu, keberadaan media di sekitar kita tampaknya perlu ditingkatkan. Kita perlu memperhatikan ketersediaan fasilitas media di berbagai kalangan, di desa, di kota, di kalangan menengah atas, menengah bawah, agar penggunaan media dapat ditingkatkan guna meningkatkan aktivitas belajar.

Bookworm.. Baca terus


Baca.. Baca.. Baca.. :D

Pendidikan Media dan Media Pendidikan






Kalau ditanyakan apakah belajar itu?, maka jawaban yang akan didapatkan akan bermacam-macam. Hal yang demikian ini terutama berakar pada kenyataan bahwa apa yang disebut perbuatan belajar itu adalah bermacam-macam. Banyak aktivitas-aktivitas yang oleh hampir setiap orang dapat disetujui kalau disebut perbuatan belajar, seperti mendapatkan perbendaharaan kata-kata baru, menghapal syair, menghapal nyanyian dan sebagainya. Cronbach mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi karena adanya pengalaman.
Dewasa ini perhatian para ahli terhadap aktivitas pendidikan mulai meningkat. Hal ini tidak terlepas dari tuntutan masyarakat yang semakin tinggi terhadap terselenggaranya pendidikan yang berkualitas. Salah satu hal yang menjadi perhatian para ahli dan masyarakat adalah media pendidikan. Media pendidikan dianggap sebagai salah satu hal yang harus diperhatikan karena keberadaannya menentukan berrhasil tidaknya suatu aktivitas belajar yang dilakukan. Senjaya (2010) menyatakan bahwa media merupakan salah satu alat yang secara perlahan-lahan namun efektif mampu membentuk pandangan seseorang dan bahkan mengubah perilaku seseorang dalam berinteraksi dengan kehidupannya sehari-hari.
Di sisi lain, di tengah maraknya perhatian para ahli dan pelaku pendidikan terhadap media pendidikan, muncul pula isu-isu baru seputar penggunaan media. Para pelaku dunia pendidikan bukan lagi sekedar paham mengenai media pendidikan, di sisi lain mereka juga harus paham bagaimana cara penggunaan dan pemanfaatannya guna membantu proses belajar. Maka muncullah istilah pendidikan media, yaitu suatu istilah yang merujuk pada pengajaran tata cara penggunaan media dalam dunia pendidikan. Istilah media pendidikan dan pendidikan media tampaknya merupakan istilah yang hampir mirip. Untuk itu, agar kita memahami benar perbedaannya, berikut akan dijelaskan lebih rinci mengenai media pendidikan dan pendidikan media.
Pengertian Media Pendidikan
Gagne menyebutkan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Briggs berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Contohnya, buku, film, kaset, dan film bingkai.
Dengan memperhatikan pendapat Gagne dan Briggs tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa media merupakan alat dan bahan fisik yang terdapat di lingkungan siswa untuk menyajikan pesan kegiatan pembelajaran (proses kegiatan belajar-mengajar) sehingga dapat merangsang siswa untuk belajar. Akan tetapi, dalam peristilahan dan lingkungan istilah “media” terdapat beberapa istilah lain yang mengiringinya atau berhubungan yang dapat disimpulkan sebagai unsur-unsur dari media, yaitu :
Orang
Istilah yang telah diketahui semua orang. Dalam pendidikan, mencakup guru, orang tua, tenaga ahli, dan sebagainya.
 Bahan
Istilah ini biasa disebut denagan istilah perangkat lunak atau software yang terkandung pesan-pesan yang perlu disajikan baik dengan alat penyaji atau pun tidak. Seperti buku, modul, film bingkai, audio, dan sebagainya.
Alat
Istilah ini biasa disebut dengan perangkat keras atau hardware yang digunkan untuk menyajikan pesan. Contohnya, proyektor film, film bingkai, video tape, pesawat radio, TV, dan sejenisnya. 
Teknik
Istilah ini ditunjukan pada prosedur rutin atau acauan yang disiapkan untuk menggunakan alat, bahan, orang, dan lingkungan dalm rangka menyajikan pesan tersebut. Contohnya, teknik demonstrasi, kuliah, ceramah, tanya-jawab, dan sejenisnya.
 Lingkungan
Istilah ini menunjukan pada tempat yang memungkinkan terjadinya proses belajar-mengajar antara siswa dan guru. Contohnya, gedung sekolah, kelas, perpustakaan, laboratorium, dan sejenisnya.
Jadi, dapat dikatakan bahwa unsur-unsur media pendidikan meliputi orang (unsur orang) yang menggunakan dan menggerakan media dari suatu sumber (unsur bahan) yang akan disampaikan kepada penerima dengan menggunakan sebuah alat perantara (unsur alat) yang akan menyampaikan pesan tersebut disertai suatu teknik atau strategi-strategi tertentu (unsur strategi) di suatu tempat tertentu yang selanjutnya disebut dengan unsur lingkungan.
Oleh karena, seperti yang disebutkan sebelumnya, media merupakan sarana interaksi anatar seorang pendidik dengan peserta didik, maka seorang guru atau pendidik hendaknya mengetahui seluk-beluk dan manfaat media agar dapat berlangsungnya komunikasi dan interaksi dalam proses kegiatan pembelajaran dengan efektif dan efesien.

Pengertian Pendidikan Media
            Pendidikan media adalah segala bentuk aktivitas belajar yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pelajarnya dalam menggunakan media. Dalam keseharian, pendidikan media dan media pendidikan umumnya lekat dengan kata teknologi. Pendidikan media umumnya sering dikaitkan dengan pengajaran penggunaan teknologi seperti komputer, internet, televisi, dan lain sebagainya. Pendidikan media seringkali dianggap sebagai salah satu hal penting yang harus diberikan kepada anak. Tujuannya bukan saja agar anak lebih mengenal media-media yang dapat membantunya belajar, namun juga mencegahnya dari penyalahgunaan media yang dikhawatirkan dapat mengubah perilakunya menjadi lebih buruk.
            Dampak buruk perkembangan Media kini menjadi berbahaya buat anak-anak. Psikolog di Universitas negeri Ames, Iowa, Amerika Serikat, melakukan penelitian terhadap dampak media, termasuk di dalamnya jejaring sosial, terhadap anak perkembangan pendidikan anak. Dia menemukan bahwa jejaring sosial lebih merugikan daripada televisi.
Biasanya kebanyakan anak yang selalu menghabiskan waktunya di depan layar komputer atau handphone asyik di situs jejaring sosial memiliki kinerja yang buruk di sekolahnya.
Hal ini dikarenakan mereka lebih banyak menghabiskan waktu mereka berselancar di jejaring sosial dibandingkan mengerjakan tugas rumah.
Gentule menambahkan bahwa televisi memiliki pengaruh sosial yang lebih baik pada anak dibandingkan jejaring sosial. Karena biasanya pada saat anak itu menonton TV, orang tua mereka dapat ikut nimbrung dan berbagi pengalaman, namun hal demikian tidak terjadi jika anak itu di depan layar komputer.
Meskipun begitu, media tidak selamanya memberikan dampak buruk pada anak. Media juga dapat menjadi sarana pembelajaran efektif untuk anak. Istiyanto mengatakan bahwa media khususnya internet dapat memberikan dampak positif bagi anak. anak lebih cepat mengetahui informasi, ilmu pengetahuan dari internet. Anak bisa bertanya langsung, mencari sesuatu tanpa harus membuka buku, dan melatih anak untuk belajar mandiri. Zaman dulu ketika ingin belajar anak yang ingin mencari informasi harus beli buku, ke perpustakaan dll. Saat ini anak cukup duduk di depan komputer dan mencari informasi sesuai dengan keinginannya dengan cepat. Internet bisa menjadi guru kedua, bahkan guru pertama bagi mereka.
Hal yang sama juga berlaku pada televisi. Mimpsy menyebutkan bahwa Dalam media audio visual elektronik mampu memberikan gambaran secara nyata tentang berbagai fenomena pada anak, lebih konkrit, lebih mudah dipahami. Dengan demikian, anak akan lebih tertarik dan terjadi peningkatan retensi memori. Sisi positif dari menonton televisi adalah bahwa di beberapa tayangan tertentu dapat menjadi sumber pelajaran yang membantu kita, terutama anak dan remaja untuk memahami dunia dan bahkan memperkaya ilmu yang telah didapatkan di bangku sekolah. Salah satu penelitian menunjukkan bahwa perilaku menonton acara bermuatan pendidikan seperti Sesame Street selama 1-3 jam seminggu terbukti memiliki efek positif bagi kecerdasan anak. Dalam hal ini, anak-anak tersebut ternyata memperoleh nilai akademik lebih baik tiga tahun kemudian, dibandingkan anak-anak yang tidak menonton program pendidikan itu. Penelitian tersebut juga menemukan bahwa anak-anak yang banyak menonton program hiburan dan film-film kartun terbukti memperoleh nilai akademik lebih rendah dibanding anak-anak yang sedikit saja menghabiskan waktunya untuk menonton program yang sama. Hasil positif juga dipaparkan dari riset tersebut, berkaitan dengan tingkat usia anak. Pada anak-anak yang lebih kecil, usia 2-3 tahun, efek program pendidikan itu jauh lebih kuat.
Aspek positif lainnya dari kehadiran televisi ialah sebagai sumber informasi tentang peristiwa-peristiwayang terjadi dengan cepat seperti kejadian bencana alam dan sebagainya, yang perlu diketahui dan mendapat perhatian secara cepat. Selain itu, televisi juga berfungsi positif sebagai media sosial, yakni sebagai media untuk memobilisasi simpati, empati, dan dukungan terhadap berbagai persoalan kemanusiaan yang memerlukan respons masyarakat luas seperti gerakan solidaritas membantu korban bencana, gerakan orangtua asuh, dan lain-lain.
Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa pendidikan media sangat penting artinya guna mendidik anak agar memanfaatkan media sekitarnya untuk meningkatkan kecerdasannya dan mengubah perilakunya kearah yang lebih positif.

Sumber Web :
Herpandu, D. 2010. Dampak Buruk Perkembangan Media Untuk Anak. http://www.duniaderi.com/lifestyle/119-dampak-buruk-perkembangan-media-buat-anak.html
Istiyanto. 2010. Dampak Positif Internet Bagi Anak. http://istiyanto.net/dampak-positif-internet-bagi-anak
Mimpsy. 2009. Dampak Menonton Televisi. http://mimpsy.blog.friendster.com/2009/01/dampak-menonton-televisi/
Senjaya, S. 2010. Media Massa Sebagai Media Pendidikan. http://sutisna.com/artikel/kependidikan/media-massa-sebagai-media-pendidikan/