Kamis, 13 Januari 2011

Psikologi dalam E-Learning

Tingkatkan Kualitas Belajar Anak, Hemat Pengeluaran : Terapkan e-learning dalam Dunia Pendidikan
Ciptakan Generasi Paperless

Dewasa ini, pendidikan mulai menjadi topik yang selalu dibicarakan. Masyarakat tampaknya mulai semakin aware terhadap dunia pendidikan di negara ini. Banyak sekolah-sekolah baru yang bermunculan. Sekolah-sekolah ini tampaknya berlomba-lomba menciptakan program-program unggulan yang dapat mencerdaskan anak. Lihat saja ada sekolah alam, sekolah internasional, sekolah yang menggunakan dua bahasa, sekolah unggulan, dan lain sebagainya.
Seiring dengan kemunculan sekolah-sekolah tersebut, minat masyarakat pun tampaknya semakin tinggi. Para orangtua berlomba-lomba untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Meskipun begitu, tak jarang muncul berbagai masalah dalam proses penyediaan pendidikan tersebut. Salah satu masalah klasik yang sering kali terdengar adalah masalah : BIAYA.
Tingginya uang sekolah dan banyaknya tuntutan fasilitas yang harus disediakan untuk mencerdaskan anak, tak jarang membuat orangtua mengeluh. Tak jarang hal ini dijadikan alasan oleh orangtua maupun anak untuk membatasi kegiatan akademik dikarenakan ketiadaan biaya. Beragam solusi pun mulai ditawarkan oleh pemerintah, Salah satunya adalah pengucuran Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang ditujukan pada anak-anak kurang mampu. Program ini bertujuan untuk memberikan bantuan dalam bentuk beasiswa maupun bantuan buku sehingga anak-anak yang berasal dari keluarga kurang mampu dapat menikmati pendidikan selayaknya anak-anak lain. Meskipun begitu, kritikan terhadap solusi ini juga kerap bermunculan. Salah satunya adalah tidak memadainya jumlah bantuan yang diberikan, sehingga tidak semua anak dapat merasakannya. Salah satu email pembaca yang Say abaca di tabloid klub guru edisi 02 tahun 2009 mengemukakan bahwa jumlah buku yang disediakan melalui program dana BOS terkadang kurang mencukupi, sehingga orangtua tetap harus membelikan buku untuk anak-anaknya, meskipun harganya terkadang kurang terjangkau.
Masalah “biaya” yang seringkali menjadi pembicaraan di masyarakat memunculkan ide-ide dari para pemikir untuk menciptakan solusi baru guna meminimalisasi biaya tersebut. Salah satunya adalah penerapan konsep e-learning. Berikut ini jabaran yang lebih lengkap mengenai e-learning.
Gunakan E-Learning : Hemat & Berkualitas
Naidu (2006) mengemukakan bahwa e-learning adalah penggunaan informasi dan komunikasi berbasiskan jaringan yang bertujuan untuk belajar dan mengajar. Naidu dalam bukunya menjelaskan bahwa penggunaan e-learning luas sifatnya. Siswa yang dikatakan menggunakan e-learning sebagai cara belajarnya adalah siswa yang menggunakan perangkat elektronik sebagai media pembelajarannya baik secara online maupun offline. Perangkat elektronik itu meliputi penggunaan internet, VCD, DVD, dan lain sebagainya. E-learning sendiri dapat dimanifestasikan dalam beberapa bentuk, yaitu :
  • Individualized self-paced e-learning online,
Ialah situasi dimana individu belajar sendiri secara online melalui internet maupun intranet. Sebagai contoh, seorang siswa mencari informasi dengan mengkases jurnal yang terdapat di internet.
  • Individualized self-paced e-learning offline,
Ialah situasi dimana individu belajar dengan menggunakan perangkat elektronik seperti computer atau database namun tidak terkoneksi secara online (offline), sebagai contoh : seorang siswa mempelajari mengenai tumbuhan dikotil dengan menonton VCD.
  • Group-based e-learning synchronously
Ialah situasi dimana sekelompok individu belajar dan saling berkomunikasi secara langsung dengan menggunakan internet sebagai media komunikasinya, sebagai contoh : sekelompok siswa saling membicarakan tugasnya melalui program chat.
  • Group-based e-learning asynchronously
Ialah situasi dimana sekelompok individu belajar dan saling berkomunikasi namun tidak secara langsung (ada jeda/penundaan komunikasi), sebagai contoh : sekelompok siswa saling membicarakan tugasnya melalui email.
Secara keseluruhan, Saya mencoba merangkum beberapa kegunaan e-learning untuk siswa, diantaranya adalah :
  1. Sarat Informasi
Kebiasaan menggunakan metode e-learning dapat menjadikan siswa terbiasa untuk mencari informasi seluas-luasnya dalam belajar. Keberadaan internet misalnya memfasilitasi siapapun dimanapun di belahan dunia ini untuk memasukkan informasi mengenai apapun ke dalamnya. Oleh karena itu, ketersediaan informasi di internet begitu banyak dan beragam. Seorang siswa yang menggunakan metode e-learning dapat memanfaatkannya untuk menggali pengetahuan sedalam-dalamnya. Meskipun begitu, Siswa tetap harus aware terhadap informasi mana yang kira-kira berkualitas dan memiliki muatan ilmiah dan informasi mana yang kebenarannya belum tentu dapat dipertanggungjawabkan. Beberapa situs saat ini membuka akses langsung ke informasi-informasi bermuatan ilmiah yang mungkin dapat dijadikan acuan untuk belajar, seperti proquest, Pustekkom Depdiknas, dan lain sebagainya.
  1. Mendukung Mobilitas
Keberadaan metode e-learning dapat dijadikan sebagai sarana siswa untuk tetap belajar meskipun tidak bertatap muka secara langsung dengan dosen atau kelompok belajarnya. Siswa dapat tetap berkomunikasi membicarakan pelajarannya dengan menggunakan fasilitas email, chat, dan lain sebagainya.
  1. Murah
Sebagaimana diungkapkan diatas, keberadaan e-learning dapat meminimalisasi pengeluaran. Siswa cukup terkoneksi ke internet, atau membeli VCD/DVD dan dapat memperoleh informasi yang memadai. Hal ini tentu dapat dijadikan sebagai solusi pintar dalam mengakali harga buku yang tidak terjangkau.
  1. Ramah Lingkungan
Penggunaan e-learning dianggap lebih ramah lingkungan, karena meminimalisasi penggunaan kertas. Saat ini berbagai negara berusaha untuk mencegah dampak pemanasan global. Pengurangan penggunaan kertas adalah salah satu cara baik untuk membantu merawat bumi kita yang indah ini.

Biasakan Anak Menggunakan Metode E-Learning Sedari Dini
Peran Psikologi dalam Penerapan E-Learning
E-Learning dengan segala kelebihannya ternyata juga menuai pro dan kontra dalam pelaksanaannya. Tidak sedikit masyarakat yang menyangsikan penggunaan e-learning sebagai salah satu metode untuk belajar. Mulai dari kurangnya fasilitas untuk melakukannya, ketidakmampuan dalam melakukan e-learning, hingga keenganan siswa maupun guru dalam menggunakan e-learning.
Psikologi sebagai salah satu ilmu yang membahas mengenai perilaku dalam hal ini dapat berperan untuk membantu terciptanya generasi baru yang paperless, generasi yang menggunakan e-learning sebagai metode utamanya. Salah satu teori psikologi yang terkenal, yaitu teori kondisioning dari aliran behaviorisme menyatakan bahwa suatu perilaku terbentuk dikarenakan adanya kebiasaan dalam melakukan perilaku itu terus-menerus. Hal ini berlaku juga dalam prinsip belajar. Siswa yang terbiasa belajar dengan menggunakan buku, duduk-diam di kelas mendengarkan guru, tentu akan mengalami kesulitan ketika diharuskan untuk belajar dengan menggunakan metode e-learning sebagai cara belajarnya. Oleh karena itu, ke depannya ada baiknya jika siswa mulai dikenalkan dengan metode ini sejak ia berusia muda, sehingga di masa yang akan datang akan muncul siswa-siswa yang terbiasa menggunakan e-learning dalam kesehariannya. Berikut beberapa cara yang menurut Saya dapat membantu Anak untuk membiasakan dirinya dengan e-learning :
  1. Kenalkan anak dengan e-learning sejak dini
Anak sudah dapat dikenalkan dengan e-learning sejak dini sebelum ia mengenal bangku sekolah. Orangtua dapat memfasilitasi anaknya untuk belajar secara e-learning sejak kecil, misalnya menonton tayangan pendidikan, mengenal komputer melalui permainan-permainan mendidik dan lain sebagainya.
  1. Kenalkan Anak pada Program-program yang Terjamin Kualitasnya
Ajarkan anak cara penggunaan program-program yang dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikannya. Sejak kecil anak pelan-pelan diajarkan program mana yang dapat dijadikan sarana belajar dan program mana yang tidak. Hal ini bertujuan untuk membentuk pola piker kritis yang ilmiah pada Anak. Ia akan terbiasa untuk mendasarkan segala temuannya pada hal-hal yang sudah dikonsep dengan benar oleh para ahli.
  1. Dorong Anak untuk Mencari Informasi Sebanyak-banyaknya
Hindari pembatasan kreativitas pada Anak. Beri Anak kebebasan untuk mencari pengetahuan seluas-luasnya ketika ia dihadapkan pada suatu tugas. Tinggalkan kebiasaan belajar yang hanya berpedoman pada satu buku saja. Anak dapat belajar dengan menggunakan berbagai sumber ilmiah.
  1. Beri Reward
Pengiming-imingan hadiah pada Anak untuk membiasakan ia menggunakan e-learning mungkin dapat dipertimbangkan. Orangtua maupun guru mungkin dapat memberikan reward yang sesuai untuk setiap usaha Anak dalam mencari informasi secara e-learning.
  1. Batasi Penggunaan Kertas
Biasakan Anak untuk menghemat kertas sejak dini. Dorong ia untuk lebih banyak membaca dengan media elektronik dan tidak mengeprint dokumen yang tidak perlu.

Sumber            :
Naidu, Som. 2006. E-Learning : A Guidebook of Principles , Procedures, and Practices. New Delhi : Commonwealth Educational Media Center for Asia

E-learning Solusi Hemat Mencerdaskan Anak Bangsa

Malam ini setelah mendapatkan email dari dosen Saya, Saya mencoba mencermati situs yang dimiliki oleh Pusat Teknologi Informasi dan Teknologi Pendidikan (Pustekkom) Departemen Pendidikan Nasional. Situs ini menyajikan beragam informasi seputar perkembangan dunia pendidikan di Indonesia. Ketika sedang melihat-lihat, Saya mengamati bahwa di bagian atas situs ini terdapat beberapa link yang mengacu pada program-program yang dilakukan oleh pustekkom. Menurut Saya program-program tersebut menarik, dimana salah satu program yang Saya perhatikan adalah program BSE (Buku Sekolah Elektronik). Program ini memfasilitasi seluruh masyarakat Indonesia untuk memiliki buku sekolah yang bermutu, murah, terjangkau, dan memenuhi standar nasional. Program ini sangat menarik dan menurut Saya dapat menjadi salah satu solusi untuk memecahkan kesulitan masyarakat dalam membeli buku sekolah yang tinggi harganya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini Saya bermaksud untuk mengulas lebih dalam mengenai BSE dan teori pendidikan yang kira-kira dapat dijadikan sebagai tinjauan untuk memahaminya.

BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK (BSE)
Menurut situs Pustekkom, buku merupakan salah satu sarana penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu permasalahan perbukuan dalam era otonomi daerah dewasa ini adalah ketersediaan buku yang memenuhi standar nasional pendidikan dengan harga murah yang dapat dijangkau oleh masyarakat luas. Saya ingat, beberapa tahun yang lalu ketika Saya masih duduk di bangku sekolah. Buku merupakan salah satu benda yang harus dimiliki oleh siswa. Setiap pelajaran umumnya membutuhkan satu buah buku, bahkan terkadang lebih dari satu. Untuk keseragaman, pihak sekolah umumnya sudah menentukan buku apa saja yang harus dimiliki oleh siswa. Banyaknya pelajaran yang diikuti tentunya menjadikan buku yang dimiliki harus semakin banyak pula. Saya ingat, ketika itu setiap semesternya Saya harus membeli sejumlah buku dengan total harga hampir mencapai setengah juta lebih. Pengeluaran ini dilakukan hampir pada setiap semester, karena setiap pergantian semester, buku-bukunya pun berganti pula. Saya juga tidak pernah membeli buku melalui pasar-pasar buku bekas (yang tentunya harganya lebih miring) karena buku dengan judul yang sama, pengarang yang sama, dan penerbit yang sama bisa memiliki isi yang berbeda meskipun tahun cetaknya hanya berselang satu tahun. Ketika saya bersekolah dulu, Saya sering mendengar beberapa orangtua yang mengeluh akan besarnya biaya yang harus mereka keluarkan untuk membeli buku anak-anaknya di awal semester. Oleh karena itu, keberadaan BSE tampaknya dapat menjadi solusi untuk menyelesaikan permasalahan ini.
Berdasarkan situs Pustekkom dapat dilihat bahwa penciptaan program BSE adalah dalam rangka menyediakan buku yang memenuhi standar nasional pendidikan, bermutu dan murah, Departemen Pendidikan Nasional dalam hal ini telah membeli hak cipta buku teks pelajaran dari penulis/penerbit. Selanjutnya buku-buku tersebut disajikan dalam bentuk buku elektronik (e-book) dengan nama Buku Sekolah Elektronik (BSE). Keberadaan buku ini dapat membantu siswa, minimal ketika ia membutuhkan sumber tambahan dalam melakukan aktivitas akademiknya. Bahkan mungkin lebih baik lagi jika sekolah menggunakan buku-buku yang terdapat di dalam BSE sebagai buku acuan dalam belajar di sekolah, mengingat buku-buku ini telah memenuhi standar pendidikan nasional.
Proses pengunduhan buku BSE tidaklah sulit. Siswa cukup membuka http://bse.depdiknas.go.id/, selanjutnya siswa akan diperlihatkan berbagai macam buku yang sesuai dengan jenjangnya masing-masing. Misalnya, siswa SMP, dapat langsung melihat buku-buku yang ada di kelompok SMP dan melakukan pengunduhan. Pengunduhan buku dapat dilakukan secara bebas oleh siapa saja tanpa perlu terikat keanggotaan apapun. Oleh karena itu, menurut Saya fasilitas ini sungguh membantu dan perlu untuk disosialisasikan kepada peserta didik agar mereka dapat memanfaatkan fasilitas yang murah dan cerdas ini.

Tinjauan Teoritis terhadap Fasilitas Buku Sekolah Elektronik (BSE)
Buku Sekolah Elektronik (BSE) termasuk dalam kategori e-learning. Menurut European e-learning action plan (dalam Holmes dan Gardner, 2006), e-learning adalah penggunaan teknologi multimedia dan internet yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas belajar dengan mefasilitasi akses menuju sumber dan layanan yang dibutuhkan tanpa perlu bertatap muka. Holmes dan Gardner kemudian menyederhanakan pengertian ini menjadi :
Online access to learning resources, anywhere and anytime
Akses online menuju sumber belajar, dimana saja, kapan saja
BSE, sebagai salah satu sarana belajar yang dapat diakses secara online oleh siapa saja pada saat kapan saja yang berada dibelahan bumi nusantara dengan demikian dapat digolongkan sebagai e-learning. BSE dapat meningkatkan kualitas belajar siswa dimanapun ia berada. Seorang siswa di negara ini dapat dengan mudah memiliki buku-buku yang sesuai dengan standar nasional.
Holmes dan Gardner selanjutnya mengungkapkan lebih jauh bahwa e-learning memberikan kesempatan kepada siswa yang mengalami keterbatasan belajar baik secara fisik, geografis, maupun sosial. Siswa-siswa seperti ini dapat tetap menadapatkan kesempatan untuk meningkatkan kualitas belajarnya sehingga tidak tertinggal dengan siswa-siswa lainnya yang mungkin memiliki akses penuh ke sumber belajar yang baik kualitasnya.
Meskipun begitu, program pendidikan yang berbasiskan internet tidak akan pernah terasa manfaatnya tanpa adana dukungan dari berbagai pihak. Cuban (dalam Holmes dan Garder, 2006) mengungkapkan dalam penelitiannya hanya terdapat kurang dari 5% guru yang mengitegrasikan penggunaan komputer dalam aktivitas belajar siswa sehari-hari. Oleh karena itu perlu kiranya sosialisasi mengenai kemudahan e-learning terhadap guru, anak, maupun orangtua, serta peran pemerintah dalam penyediaan fasilitas e-learning di sekolah-sekolah. Zaman sudah sedemikian maju. Keterbatasan uang tidak lagi dapat dijadikan alasan untuk tidak belajar.

Sumber :